PGSD 3A/26
FUNGSI GURU
DALAM PENDIDIKAN IDEALISME
Idealisme
berasal dari bahasa inggris yaitu idealism.
Idealisme adalah suatu aliran yang menyatakan bahwa hakikat dunia fisik hanya
dapat dipahami kaitannya dengan jiwa dan ruh. Istilah idealisme diambil dari
kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme mempunyai argumen
epistimologis tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh yang mengajarkan bahwa
materi tergantung pada spirit tidak disebut idealis karena mereka tidak menggunakan
argumet epistimologi yang digunakan oleh idealisme. Dibawah ini merupakan
pengertian idealisme :
1.
Untuk
menyatakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran dan
aktivitas-aktivitas pikiran.
2.
Realitas
dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala psikis seperti pikiran-pikiran,
diri,roh,ide-ide,pikiran mutlak, dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan
materi.
3.
Seluruh
realitas sangat bersifat mental(spiritual, psikis). Materi dalam bentuk fisik
tidak ada.
Idealisme
juga didefinisikan sebagai suatu ajaran, faham atau aliran yang menganggap
bahwa realitas ini terdiri atas ruh-ruh (sukma) atau jiwa, ide-ide dan pikiran
atau yang sejenis dengan itu. Aliran ini merupakan aliran yang sangat peting
dalam perkembangan sejarah pemikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat barat
kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato, yang menyatakan bahwa
alam idea itu merupakan kenataan yang sebenarnya. Adapun alam nyata yang
menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.
Idelisme
diambil dari kata “idea” yang bermakna sesuatu yang nadhir dalam jiwa. Aliran
iniberanggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal
dari ruh yaitu sesuatu yang tidak berbentuk atau menempati sebuah ruang.
Idelisme merupakan salah satu aliran filsafat tradisional yang paling tua.
Aliran idealism ini merupakan aliran filsafat yang mengagungkan jiwa.
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa
terletak diantara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap
dengan panca indera. Pertemuan antra jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan
yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata
hanyalah idea.
Aliran idealisme dalam pendidikan menekankan pada
upaya pengembangan bakat dan kemampuan peserta didik sebagai aktualisasi
potensi yang dimilikinya. Untuk mencapainya diperlukan pendidikan yang
berorientasi pada penggalian potensi dengan memadukan kurikulum pendidikan umum
dan pendidikan praktis. Kegiatan belajar terpusat pada peserta didik yang
dikondisikan oleh tenaga pendidik.
Tenaga pendidik diharapkan mampu mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan
dan memunculkan bakat yang ada dalam dirinya.
Dalam
hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberikan sumbangan yang besar
terhadap teori perkembangan pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Filsafat
idealisme diturunkan dari filsafat metafisik yang menekankan pertumbuhan
rohani. Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual,
yang memiliki pembawaan spiritual sesuai potensialitasnya. Oleh karena itu,
pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual.
Pendidikan harus menekankan kesesuian batin antara anak dan alam semesta.
Pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan pribadi manusia yang ideal.
Pendidik yang idealisme mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidik
harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat. Pendidikan yang diajarkan kepada
peserta didik harus sesuai dengan potensi yang dimilikinya tidak boleh keluar
dari koridor batas-batas potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Guru
yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan
suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya
spiritual. Selain itu pula, Para pendidik yang idealis lebih menyukai
bentuk-bentuk kurikulum subject-matter,
yang menghubungkan ide-ide dengan konsep dan sebaliknya, konsep dengan ide-ide.
Guru
dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:
1)
guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;
2)
guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan daripada siswa;
3)
Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;
4)
Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid;
5)
Guru menjadi teman dari para muridnya;
(6)
Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar;
7)
Guru harus bisa menjadi idola para siswa;
(8)
Guru harus rajin beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi
teladan para siswanya;
(9) Guru harus menjadi pribadi yang
komunikatif;
10)
Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang
diajarkannya;
(11)
Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar
(12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;
(13)
Guru haruslah bersikap demokratis dan mengembangkan demokrasi;
(14)
Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya. Selain itu, jika ditinjau
dari kedudukan peserta didik, dalam aliran idealisme siswa bebas mengembangkan
kepribadian dan kemampuan dasarnya atau bakatnya.
Guru harus memiliki semua kriteria diatas yang telah
disebutkan tadi. Karena dengan adanya acuan yang telah disebutkan diatas, guru
mampu mengajar peserta didik dengan baik dan benar.
Menurut para filsuf idealisme, pendidikan
bertujuan untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self)
siswa. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan
kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing. Karena Tuhan memberikan kemampuan yang berbeda-
beda kepada setiap makhluknya. Dan dengan kemampun yang telah diberikan itu,
seharusnya kita dapat menyadari dan mensyukurinya serta menjalankannya dengan
sebaik-baiknya.
Sejak
idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas
adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara
individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari diri sendiri. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau
materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme.
Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan
untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
1)
Pendidikan idealisme untuk
individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki
kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna,
hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya
diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
2)
Pendidikan idealisme bagi kehidupan
sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia.
Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada
yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan
manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan
yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan
secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan
sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan
dengan Tuhan
Ideaisme
sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya
yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan
harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan
spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme
pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan
lembaga kemanusiaan
sebagai ekspresi realitas spiritual
Bagi
aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai
makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa
memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari
keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual.
Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah
ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham
idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan,
mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual. Sejak
inilah paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah
pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara
individual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar