KOTA CILEGON MULAI BERUBAH MENJADI KOTA KOREA
Kota Cilegon saat ini sedang menghadapi perubahan
besar dengan masuknya Industri Korea yang akan menggunakan tenaga kerja dari
Negara Asal.
Kota Cilegon adalah sebuah kota di Provinsi Banten,
Indonesia. Cilegon berada di ujung barat laut pulau Jawa, di tepi Selat Sunda.
Kota Cilegon dikenal sebagai kota industri. Sebutan lain bagi Kota Cilegon
adalah Kota Baja mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia
Tenggara karena sekitar 6 juta ton baja dihasilkan tiap tahunnya di Kawasan
Industri Krakatau Steel, Cilegon.[rujukan?] Di Kota Cilegon terdapat berbagai
macam objek vital negara antara lain Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading Habeam
Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel,PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya
Listrik, Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant, (Rencana Lot)
Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan (Rencana Lot) Kawasan Industri Berikat
Selat Sunda.
1.
Hampir setiap hari saya menjumpai orang Korea di
jalan-jalan bahkan disupermarket Kota Cilegon.
2.
Begitu juga obrolan-obrolan supir-supir taksi yang
sering mengantar orang-orang Korea di Kota Cilegon.
3.
Bahkan rumah-rumah kontrakan maupun kost-kostan harganya
jauh melambung tinggi dikarenakan banyaknya orang-orang Korea yang bermukim
tinggal di Kota Cilegon ini.
Untuk
lebih jelas dan yakin bahwa orang-orang Korea ini akan bermukim tinggal untuk
bekerja di Kota Cilegon ini, saya menyertakan berbagai sumber pendukung sebagai
informasi.
Begitu
banyak perusahaan asing di Kota Cilegon ini yang salah satunya adalah
Perusahaan-Perusahaan dari Korea.
DUKUNG PROYEK KS, 40 PERUSAHAAN KOREA SIAP INVESTASI DI CILEGON
Spoilerfor Arsip 2011: Whery Enggo Prayogi - detikfinance
Rabu, 24/08/2011 09:24 WIB
Jakarta -
Sebanyak 40 Perusahaan Korea siap berinvestasi di Indonesia, dan menjadi
industri pendukung proyek bersama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dengan Pohang
Iron and Steel Corporation (Posco) dalam pembangunan pabrik baja terpadu
berkapasitas 6 juta ton.
Menurut
Vice President Corporate Communication KRAS, Wawan Hernawan, masing-masing
perusahaan Korea ini akan berinvestasi minimal Rp 100 miliar hingga Rp 200
miliar. Menempati area sekitar Cilegon Banten, 40 perusahaan tersebut masuk
pada sektor-sektor yang dibutuhkan KS-Posco di masa mendatang.
"Ini
memang komitmen setelah Posco masuk, akan ada 40 perusahaan Korea akan bangun
pabrik. Bentuknya sampai saat ini PMA (Penanaman Modal Asing) dengan nilai Rp
100 miliar, Rp 150 miliar dan Rp 200 miliar, macem-macem," tutur Wawan di
Jakarta, Selasa (24/8/2011).
Pada
tahap awal, industri semen, power plant dan kimia akan masuk. Kemudian
berlanjut pada industri alumunium, suku cadang, refractory (bata tahan api),
dan Oksigen.
"Namun
belum ada tindak lanjut, Mou atau apapun. Ini kan sebelumnya keinginan dari KS
dan Posco, untuk adanya sinergi. Dan tanggapannya sangat baik," ucapnya.
KS-Posco
memang telah berkomitmen membangun pabrik baja bersama di Cilegon. Dengan
target produksi 6 juta ton per tahun, proyek besar ini akan menghabiskan dana
investasi US$ 6 miliar.
Pada
tahap awal, pabrik baru akan berkapasitas 3 juta ton yang akan selesai di 2013.
Produk-produk yang dihasilkan HRC (hot rolled coil), slab, dan plate.
Untuk
tahap kedua akan dilakukan konstruksi di 2011 dengan kapasitas 3 juta ton.
Sehingga total pembangunan dari tahap pertama dan kedua dilakukan selama 5
tahun. Dari jumlah produksi di tahap kedua, sebanyak 30% akan diekspor ke
Vietnam untuk memenuhi pabrik baja Posco yang memproduksi baja hilir.
KOREA BERMINAT
BANGUN PABRIK PETROKIMIA DI CILEGON
Jakarta -
Salah satu perusahaan produsen bahan baku petroJdmian asal Korea Selatan Lotte
Petrochemical menyatakan minatnya untuk membangun pabrik di Cilegon, Jawa
Barat. Ada investor, dari Korea Selatan yang telah menyatakan minatnya untuk
mendirikan bahan baku petrokimia seperti Polyethylene dan Polypropylene seluas
100 hektar di Cilegon, Jawa Barat," ungkap Direktur Jenderal Bina Industri
Manufaktur Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto di Jakarta, akhir pekan
kemarin.
Menurut
Panggah, investor asal Korsel tersebut akan menginvestasikan dana sekitar US$5
miliar. Namun demikian, kata Panggah, belum ada kepastian kapan waktu
perusahaan tersebut akan membangun pabriknya. "Investasinya mencapai US$5
miliar. Untuk starting tergantung dari finishing persoalan legal dan
mudah-mudahan bisa segera diselesaikan, sehingga bisa segera dimulai. Kalau
kita sih berharap agar lebih cepat bisa lebih baik," tuturnya.
Terkait
dengan pembangunan pabriknya, lanjut dia, paling tidak memakan waktu sekitar 4
tahun. Nantinya, jika telah beroperasi, perusahaan ini kemungkinan besar akan
menggandeng mitra lokal dalam negeri. "Mereka lagi mencari. Bisa pertamina
atau lokal partner yang lain," katanya.
Lebih
lanjut dia mengatakan, pemerintah menyambut baik adanya investasi ini.
Pasalnya, jika terealisasi, impor bahan baku petrokimia yang selama ini
mencapai USS 6 miliar per tahun akan dapat ditekan hingga 20%.
"Seperti
polyethilyne, polyprophelyne, paraceline, polyctrien. Yang impornya mencapai
US$ 5-6 miliar setiap tahunnya. Pentingnya proyek ini adalah itu akan
memproduksi macam-macam bahan baku, sehingga tidak saja bisa memenuhi kebutuhan
dalam negeri tetapi juga ada sisa yang bisa diekspor. Dan ini juga bisa
meningkatkan daya saing kita," tandasnya. Impor US$8 Miliar
Guna
memenuhi permintaan dalam negeri akan petrokimia, Kemenperin memproyeksikan
bahwa impor produk petrokimia 2013 akan mencapai US$ 8 miliar. Angka tersebut
meningkat dibandingkan perkiraan realisasi impor tahun ini pada kisaran US$ 6-7
miliar. "Kondisi itu setidaknya bakal berlanjut hingga 2-3 tahun ke
depan," ujar Panggah.
Menurut
dia, Indonesia masih harus mengimpor petrokimia karena sesuai peta rencana
pengembangan, proyek-proyek investasi yang sedang dikaji diproyeksikan baru
bisa dinikmati tahun 2016-2017. Beberapa di antaranya dari kilang minyak dan
petrokimia di Balongan (Jawa Barat) "dan Tuban (Jawa Timur) dengan nilai
investasi masing-masing US$ 8-9 miliar, yang akan dibangun Pertamina dengan
Kuwait Petroleum Company dan Saudi Aramco.
Setiap tahun, kebutuhan produk petrokimia untuk industri hilir di Tanah Air
naik sekitar 10%. Guna memenuhinya dari dalam negeri, pemerintah menawarkan
sejumlah insentif di antaranya tax holiday, tax allowance, pembebasan bea masuk
barang modal atas impor mesin dan barang, serta bahan untuk pembangunan atau
pengembangan industri untuk penanaman modal.
Selain
itu, infrastruktur juga harus dibangun guna inendukung industri petrokimia
nasional. "Investor melihat Indonesia berpeluang besar. Seiring
pertumbuhan ekonomi nasional, itu menjadi daya tarik bagi minat investor.
Kemenperin akan mengawal minat-minat investasi ini," katanya.
Panggah
mengatakan, dengan membangun industri petrokomia nasional, Indonesia diharapkan
bisa menjadi eksportir produk petrokimia. Tahun 2011, permintaan produk
petrokimia nasional mencapai 4,42 juta ton, berupa ethylene, propylene,
polyethylene, monoethylene, polypropylene, dan butadiene. Pasokan dari dalam
negeri tercatat mencapai 3,35 juta ton, sehingga kekurangannya masih harus
diimpor. Tahun 2016, permintaan petrokimia diproyeksikan 5,58 juta ton. Dengan
investasi pengembangan industri petrokimia, Indonesia bisa memasok 8,34 juta
ton. "Dengan begitu, ada kapasitas untuk diekspor sekitar 1,57 juta
ton," tutur dia.
Panggah
menambahkan, pengembangan indusri petrokimia memerlukan penguatan struktur pada
hulu ke hilir. Indonesia bisa memanfaatkan cadangan minyak, gas, dan barubara
di Tanah Air. Karena itu, hal tersebut perlu didukung kebijakan pemanfaatan
minyak dan gas bumi di dalam negeri.
Sementara
itu, VP Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir mengatakan, saat ini,
pihaknya tengah menyiapkan sejumlah rencana investasi petrokimia, diantaranya
di Balongan dan Banten.
Sebagai
orang pribumi, kita seharusnya jangan mau dijadikan budak pihak asing. Kita harus
lebih maju dari mereka, supaya Kota Cilegon bisa berubah menjadi lebih baik
lagi. Sejak adanya Krakatau Posco, Cilegon mengalami banyak perubahan dari segi
positif dan negatif.