- Kota Cilegon Mulai Berubah menjadi Kota Korea
- Budaya “NGARET” Orang Indonesia
- Asal Usul Situ Rawa Arum, Grogol, Cilegon,Banten
- Asal Usul Kota Cilegon, Banten
- Neo-Kantianisme
- Filosofi Bunga Melati
- Perbedaan Waktu di Bumi dengan Waktu di Galaxy Lain...
- Kisah Siti Khadijah
- Harga Nafas Kita
- Penerapan Aliran Idealisme dalam Pendidikan
- Asal Usul Kampung Terate Udik, Kampung Masigit Ke...
- Fungsi Guru dalam Pendidikan Idealisme
Senin, 29 Desember 2014
[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Kamis, 18 Desember 2014
KOTA CILEGON MULAI BERUBAH MENJADI KOTA KOREA
KOTA CILEGON MULAI BERUBAH MENJADI KOTA KOREA
Kota Cilegon saat ini sedang menghadapi perubahan
besar dengan masuknya Industri Korea yang akan menggunakan tenaga kerja dari
Negara Asal.
Kota Cilegon adalah sebuah kota di Provinsi Banten,
Indonesia. Cilegon berada di ujung barat laut pulau Jawa, di tepi Selat Sunda.
Kota Cilegon dikenal sebagai kota industri. Sebutan lain bagi Kota Cilegon
adalah Kota Baja mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia
Tenggara karena sekitar 6 juta ton baja dihasilkan tiap tahunnya di Kawasan
Industri Krakatau Steel, Cilegon.[rujukan?] Di Kota Cilegon terdapat berbagai
macam objek vital negara antara lain Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading Habeam
Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel,PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya
Listrik, Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant, (Rencana Lot)
Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan (Rencana Lot) Kawasan Industri Berikat
Selat Sunda.
1.
Hampir setiap hari saya menjumpai orang Korea di
jalan-jalan bahkan disupermarket Kota Cilegon.
2.
Begitu juga obrolan-obrolan supir-supir taksi yang
sering mengantar orang-orang Korea di Kota Cilegon.
3.
Bahkan rumah-rumah kontrakan maupun kost-kostan harganya
jauh melambung tinggi dikarenakan banyaknya orang-orang Korea yang bermukim
tinggal di Kota Cilegon ini.
Untuk
lebih jelas dan yakin bahwa orang-orang Korea ini akan bermukim tinggal untuk
bekerja di Kota Cilegon ini, saya menyertakan berbagai sumber pendukung sebagai
informasi.
Begitu
banyak perusahaan asing di Kota Cilegon ini yang salah satunya adalah
Perusahaan-Perusahaan dari Korea.
DUKUNG PROYEK KS, 40 PERUSAHAAN KOREA SIAP INVESTASI DI CILEGON
Spoilerfor Arsip 2011: Whery Enggo Prayogi - detikfinance
Rabu, 24/08/2011 09:24 WIB
DUKUNG PROYEK KS, 40 PERUSAHAAN KOREA SIAP INVESTASI DI CILEGON
Spoilerfor Arsip 2011: Whery Enggo Prayogi - detikfinance
Rabu, 24/08/2011 09:24 WIB
Jakarta -
Sebanyak 40 Perusahaan Korea siap berinvestasi di Indonesia, dan menjadi
industri pendukung proyek bersama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dengan Pohang
Iron and Steel Corporation (Posco) dalam pembangunan pabrik baja terpadu
berkapasitas 6 juta ton.
Menurut
Vice President Corporate Communication KRAS, Wawan Hernawan, masing-masing
perusahaan Korea ini akan berinvestasi minimal Rp 100 miliar hingga Rp 200
miliar. Menempati area sekitar Cilegon Banten, 40 perusahaan tersebut masuk
pada sektor-sektor yang dibutuhkan KS-Posco di masa mendatang.
"Ini
memang komitmen setelah Posco masuk, akan ada 40 perusahaan Korea akan bangun
pabrik. Bentuknya sampai saat ini PMA (Penanaman Modal Asing) dengan nilai Rp
100 miliar, Rp 150 miliar dan Rp 200 miliar, macem-macem," tutur Wawan di
Jakarta, Selasa (24/8/2011).
Pada
tahap awal, industri semen, power plant dan kimia akan masuk. Kemudian
berlanjut pada industri alumunium, suku cadang, refractory (bata tahan api),
dan Oksigen.
"Namun
belum ada tindak lanjut, Mou atau apapun. Ini kan sebelumnya keinginan dari KS
dan Posco, untuk adanya sinergi. Dan tanggapannya sangat baik," ucapnya.
KS-Posco
memang telah berkomitmen membangun pabrik baja bersama di Cilegon. Dengan
target produksi 6 juta ton per tahun, proyek besar ini akan menghabiskan dana
investasi US$ 6 miliar.
Pada
tahap awal, pabrik baru akan berkapasitas 3 juta ton yang akan selesai di 2013.
Produk-produk yang dihasilkan HRC (hot rolled coil), slab, dan plate.
Untuk
tahap kedua akan dilakukan konstruksi di 2011 dengan kapasitas 3 juta ton.
Sehingga total pembangunan dari tahap pertama dan kedua dilakukan selama 5
tahun. Dari jumlah produksi di tahap kedua, sebanyak 30% akan diekspor ke
Vietnam untuk memenuhi pabrik baja Posco yang memproduksi baja hilir.
KOREA BERMINAT
BANGUN PABRIK PETROKIMIA DI CILEGON
Jakarta -
Salah satu perusahaan produsen bahan baku petroJdmian asal Korea Selatan Lotte
Petrochemical menyatakan minatnya untuk membangun pabrik di Cilegon, Jawa
Barat. Ada investor, dari Korea Selatan yang telah menyatakan minatnya untuk
mendirikan bahan baku petrokimia seperti Polyethylene dan Polypropylene seluas
100 hektar di Cilegon, Jawa Barat," ungkap Direktur Jenderal Bina Industri
Manufaktur Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto di Jakarta, akhir pekan
kemarin.
Menurut
Panggah, investor asal Korsel tersebut akan menginvestasikan dana sekitar US$5
miliar. Namun demikian, kata Panggah, belum ada kepastian kapan waktu
perusahaan tersebut akan membangun pabriknya. "Investasinya mencapai US$5
miliar. Untuk starting tergantung dari finishing persoalan legal dan
mudah-mudahan bisa segera diselesaikan, sehingga bisa segera dimulai. Kalau
kita sih berharap agar lebih cepat bisa lebih baik," tuturnya.
Terkait
dengan pembangunan pabriknya, lanjut dia, paling tidak memakan waktu sekitar 4
tahun. Nantinya, jika telah beroperasi, perusahaan ini kemungkinan besar akan
menggandeng mitra lokal dalam negeri. "Mereka lagi mencari. Bisa pertamina
atau lokal partner yang lain," katanya.
Lebih
lanjut dia mengatakan, pemerintah menyambut baik adanya investasi ini.
Pasalnya, jika terealisasi, impor bahan baku petrokimia yang selama ini
mencapai USS 6 miliar per tahun akan dapat ditekan hingga 20%.
"Seperti
polyethilyne, polyprophelyne, paraceline, polyctrien. Yang impornya mencapai
US$ 5-6 miliar setiap tahunnya. Pentingnya proyek ini adalah itu akan
memproduksi macam-macam bahan baku, sehingga tidak saja bisa memenuhi kebutuhan
dalam negeri tetapi juga ada sisa yang bisa diekspor. Dan ini juga bisa
meningkatkan daya saing kita," tandasnya. Impor US$8 Miliar
Guna
memenuhi permintaan dalam negeri akan petrokimia, Kemenperin memproyeksikan
bahwa impor produk petrokimia 2013 akan mencapai US$ 8 miliar. Angka tersebut
meningkat dibandingkan perkiraan realisasi impor tahun ini pada kisaran US$ 6-7
miliar. "Kondisi itu setidaknya bakal berlanjut hingga 2-3 tahun ke
depan," ujar Panggah.
Menurut
dia, Indonesia masih harus mengimpor petrokimia karena sesuai peta rencana
pengembangan, proyek-proyek investasi yang sedang dikaji diproyeksikan baru
bisa dinikmati tahun 2016-2017. Beberapa di antaranya dari kilang minyak dan
petrokimia di Balongan (Jawa Barat) "dan Tuban (Jawa Timur) dengan nilai
investasi masing-masing US$ 8-9 miliar, yang akan dibangun Pertamina dengan
Kuwait Petroleum Company dan Saudi Aramco.
Setiap tahun, kebutuhan produk petrokimia untuk industri hilir di Tanah Air naik sekitar 10%. Guna memenuhinya dari dalam negeri, pemerintah menawarkan sejumlah insentif di antaranya tax holiday, tax allowance, pembebasan bea masuk barang modal atas impor mesin dan barang, serta bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri untuk penanaman modal.
Setiap tahun, kebutuhan produk petrokimia untuk industri hilir di Tanah Air naik sekitar 10%. Guna memenuhinya dari dalam negeri, pemerintah menawarkan sejumlah insentif di antaranya tax holiday, tax allowance, pembebasan bea masuk barang modal atas impor mesin dan barang, serta bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri untuk penanaman modal.
Selain
itu, infrastruktur juga harus dibangun guna inendukung industri petrokimia
nasional. "Investor melihat Indonesia berpeluang besar. Seiring
pertumbuhan ekonomi nasional, itu menjadi daya tarik bagi minat investor.
Kemenperin akan mengawal minat-minat investasi ini," katanya.
Panggah
mengatakan, dengan membangun industri petrokomia nasional, Indonesia diharapkan
bisa menjadi eksportir produk petrokimia. Tahun 2011, permintaan produk
petrokimia nasional mencapai 4,42 juta ton, berupa ethylene, propylene,
polyethylene, monoethylene, polypropylene, dan butadiene. Pasokan dari dalam
negeri tercatat mencapai 3,35 juta ton, sehingga kekurangannya masih harus
diimpor. Tahun 2016, permintaan petrokimia diproyeksikan 5,58 juta ton. Dengan
investasi pengembangan industri petrokimia, Indonesia bisa memasok 8,34 juta
ton. "Dengan begitu, ada kapasitas untuk diekspor sekitar 1,57 juta
ton," tutur dia.
Panggah
menambahkan, pengembangan indusri petrokimia memerlukan penguatan struktur pada
hulu ke hilir. Indonesia bisa memanfaatkan cadangan minyak, gas, dan barubara
di Tanah Air. Karena itu, hal tersebut perlu didukung kebijakan pemanfaatan
minyak dan gas bumi di dalam negeri.
Sementara
itu, VP Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir mengatakan, saat ini,
pihaknya tengah menyiapkan sejumlah rencana investasi petrokimia, diantaranya
di Balongan dan Banten.
Sebagai
orang pribumi, kita seharusnya jangan mau dijadikan budak pihak asing. Kita harus
lebih maju dari mereka, supaya Kota Cilegon bisa berubah menjadi lebih baik
lagi. Sejak adanya Krakatau Posco, Cilegon mengalami banyak perubahan dari segi
positif dan negatif.
BUDAYA “NGARET” ORANG INDONESIA
BUDAYA
“NGARET” ORANG INDONESIA
Bangsa
Indonesia memiliki kebiasaan atau bias disebut budaya yang tidak bias
ditinggalkan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbudaya. Banyak budaya
yang membuat nama Indonesia terkenal di dunia. Budaya kesenian tradisional
banyak sekali berasal dari berbagai suku di Negara kita. Namun, ada sebuah
budaya yang tidak berasal dari suku manapun, yakni budaya yang berasal dari
diri kita sendiri yaitu budaya terlambat bias disebut dengan sebutan “ngaret”.
Istilah
ngaret memang sudah lekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Namun kenyataan
hal tersebut sangat merugikan kita semua. Dan yang sangat disayangkan masih
banyak diantara kita yang membudidayakan budaya tersebut. Dari berbagai level
sosial, ekonomi dan pendidikan, ngaret sudah menjadi sebuah penyakit yang
tampak disukai namun juga sangat dibenci.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sejatinya setiap
orang pasti pernah terlambat dengan berbagai macam alasan. Semua ini dianggap
wajar bila keterlambatan tersebut hanya terjadi secara periodik, akan tetapi
jika keterlambatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan terkesan
sengaja maka itu tidak bias di tolerir lagi. Banyak cara yang digunakan untuk
menutupi kesalahan-kesalahan tersebut diantaranya yaitu alasan bangun kesiangan,
macet, kendaraan mogok dll.
Namun
semua itu tetap kembali kepada diri kita masing-masing, bagaimana cara kita
mengatur diri dari rasa malas, bagaimana penerapan kedisiplinan kita untuk
mengatasi masalah tersebut dan bagaimana cara kita menghargai waktu dan
manajemen waktu dengan sebaik mungkin.
Kebudayaan
“Ngaret” yang telah marak di Indonesia ini sudah menjadi rahasia umum bagi kita
semua. Bias dibilang hampir semua aspek
di kehidupan kita ngaret, mulai daru lalu lintas, pendidikan, teknologi dan
lain-lain. Hal yang paling sering kita temui adalah kebiasaan ngaret dalam
membuat janji dengan seseorang. Sikap disiplin dan tepat waktu memang masih
sangat rendah dalam kehidupan keseharian masyarakat Indonesia. Kalaupun mereka
bias menjalankan biasanya karena di paksa. Biasanya dengan diberikan punishment
atau hukuman maka mereka akan tepat waktu. Dengan cara seperti itu maka kebiasaan disiplin dan
datang tepat waktu baru bias berjalan.
Sudah
menjadi rahasia umum kalau di Indonesia marak akan kebudayaan “Ngaret”. Telat
atau terlambat, kata telat merujuk kearah ketidaksengajaan, berbeda dengan
ngaret yang lebih condong ke kesengajaan dalam diri kita sehingga ngaret itu
justru yang menyebabkan terlambat.
Ngaret
adalah istilah untuk ketidaktepatan waktu, atau bias dikatakan terlambat karena
mengulur-ulur waktu atau malas. Kebiasaan terlambat memang bukan hal yang aneh
lagi dilingkungan kita dan biasanya kita sangat akrab dengan istilah “jam
karet”. Jam karet dalah istilah yang merujuk kepada konsep “elastisitas” waktu,
dimana sebuah waktu yang telah ditentukan bukan merupakan suatu yang pasti
melainkan suatu yang dapat diundur (dianalogikan dengan direnggangkan atau
diulur seperti karet). Istilah jam keret pun sekan sudah menjadi suatu budaya
tersendiri di Indonesia.
Ada
beberapa penyebab orang Indonesia sering tidak tepat waktu, diantaranya yaitu :
1.
Orang-orang suka menunda.
Suka menunda adalah penyebab utama dari jam
karet ini. Tidak bias dipungkiri lagi banyak sekali orang yang sering menunda
dalam melakukan sesuatu
2.
Orang-orang menganggap bahwa jam
karet sudah menjadi budaya.
Banyak orang yang beranggapan bahwa “buat apa
datang tepat waktu, toh akhirnya acara juga pasti akan molor kok”. Kira-kira
seperti itulah persepsi sebagian orang, mereka malas untuk datang tepat waktu
(datang cepat) karena mereka meyakini bahwa biasanya acara akan jadi molor).
3.
Kebiasaan memaklumi keadaan.
Di Indonesia bukanlah hal yang tabuh untuk
memaklumi sesuatu, misalnya seseorang yang datang terlambat kekantor, atu
seseorang yang terlambat dalam melakukan janji. Akan selalu ada alasan untuk
kita bias memaklumi. Pemakluman yang terlalu sering akan mengakibatkan kita
kurang tegas dan kalau kita kurang tegas maka disiplin pun akan susah untuk
diterapkan.
4.
Kurangnya kesadaran masyarakat
akan arti disiplin.
Dengan merembaknya budaya ngaret dan telat
sudah menjadi cerminan buruknya tingkat kedisiplinan menghargai waktu para
warga di indonesiabahkan bias dikatakan bahwa Indonesia merupakan Negara dengan
budaya ngaret yang sudah sangat mendarah daging karena menurut beberapa artikel
di Negara lain justru sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dan ketepatan
waktu. Kedisiplinan memang harus dibudayakan bukan malah ngaret atau telat yang
justru dilestarikan.
5.
Kurangnya kesadaran menghargai
waktu.
Sudah kita ketahui bahwa banyak orang sukses di
dunia dikarenakan mereka memanfaatkan waktu dengan baik. Bagi sebagian orang,
memanfaatkan waktu adalah hal yang sangat penting untuk diterapkan, namun dalam
kenyataak lebih banyak orang yang tidak bias menghargai waktu dengan baik.
Banyak hal yang dapat kita capai jika kita memanfaatkan waktu dengan baik.
Secara teori mungkin sudah banyak orang yang mengetahui bahwa menghargai waktu
itu adalah sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan yang
sangat vital peranannya.
Budaya
ngaret dapat menyebabkan dampak positif maupun negative. Akan tetapi lebih
banyak dam[pak negative yang akan timbul dibandingkan dampak positifnya.
Dibawah ini merupakan dampak negative dari kebudayaan ngaret :
1.
Rencana yang akan dilakukan
menjadi berantakan.
Penundaan
serta penguluran waktu yang dilakukan ketika ngaret tentu akan menyebabkan atau
merusak schedule yang telah dibuat.
2.
Mengakibatkan rasa gelisah atau
stress.
Karena
mungkin ada rasa bersalah dalam diri kita karena telah menyebabkan
keterlambatan maka akan berakibat negative atau tidak menguntungkan terhadap
diri kita sendiri
3.
Mengecewakan dan membosankan
pihak lain.
Orang
lain bias kecewa, marah, bosan dengan tingkah kita yang tidak bisa memanfaatkan
dengan baik dalam hal penggunaan waktu.
4.
Mencemarkana diri sendiri dan
nama baik bangsa.
Jika kita
sering ngaret maka kita akan dicap sebagai seseorang yang tidak bisa tepat
waktu.
Sedangkan
untuk dampak positifnya adalah :
1.
Lebih santai.
Orang-orang
di psikolog atau psikiater menyebut orang dengan kepribadian ini dengan tipe B
yaitu kebalikan dari tipe A yang cenderung selalu menepati janji. Orang dengna
kepribadian tipe B ini cenderung santai
dan tidak terlalu menaruh perhaian terhadap waktu. Kebanyakan dari orang yang
berkepribadian tipe B ini lebih cenderung memiliki prinsip alon-alon asal
klakon.
Salah
satu cara terbaik agar kita dapat dengan benar menghargai waktu supaya tidak
terus-terusan ngaret atau terlambat adalah dengan mebuat jadwal dari aktivitas
yang akan direncanakan dilakukan.
ASAL USUL SITU RAWA ARUM, GROGOL, CILEGON, BANTEN
LEGENDA RAKYAT BANTEN
ASAL USUL
SITU RAWA ARUM, GROGOL, CILEGON, BANTEN
Situ
Rawa Arum yang berada di Kecamatan Grogol , Kota Cilegon merupakan danau tanpa
sumber mata air. Danau tersebut menebarkan aroma bunga teratai putih terutama
di malam hari. Menurut legenda, danau tersebut sebelumnya merupakan sebuah desa
yang tenggelam dan tidak pernah muncul kembali.
Kota
Cilegon dikenal sebagai kota baja, ini setelah berdirinya PT Krakatau Steel
(KS) sebagai sebuah perusahaan baja internasional sejak (1970). Namun,
sebelumnya daerah di ujung barat Provinsi Banten ini lebih dikenal sebagai
daerah rawa, nama Cilegon sendiri berasal dari kata “CI” yang berasal dari kata
“CAI” yang artinya air. Dan “LEGON” yang berarti lengkungan.
Cilegon
bisa dikatakan sebagai kubangan air atau rawa-rawa, hal ini sesuai dengan
banyaknya tempat di Cilegon yang menggunakan kata Kubang dan Rawa seperti
Kubang Sepat, Kubang Menyawak, Kubang Lesung, dll. Salah satu nama daerah di
Kota Cilegon yang menggunakan kata Rawa adalah Kelurahan Rawa Arum, nama salah
satu kelurahan di Kecamatan Grogol itu berasal dari sebuah nama danau daerah
tiu, yaitu Situ Rawa Arum.
Situ
Rawa Arum merupakan satu-satunya danau di Kota Cilegon. Namun saying,
keberadannya tidak telalu dikenal masyarakat secara umum. Padahal, danau
tersebut memiliki panorama yang sangat indah, letaknya pun sangat strategis
lantaran berada diantara jalur Cilegon-Pulomerak.
Danau
yang letaknya hanya 3 kilometer dari Pintu Tol Pulomerak selama ini hanya
dikunjungi oleh para pemancing loka. Namun dibalik ketidakpopuleran danau tanpa mata air tersebt terdapat sebuah
legenda yang cukup menarik untuk kita ketahui.
Menurut
sesepuh di Lingkungan Tegal Wangi, Kelurahan Rawa Arum. Legenda ini bermulai
ketika Ki Ageng Ireng, seorang tokoh besar di daerah itu, memimpin sebuah desa
bernama Tegalega. Desa Tegalega itu berdiri pada zaman kesultanan Banten. Desa
itu cukup makmur, masyarakat tidak pernah kekurangan pangan lantaran meimiliki
pesawahan yang luas. Desa itu juga terletak tidak jauh dari perairan Selat
Sunda sehingga masyarakat bisa pergi kelaut untuk menangkap ikan. Sehingga
masyarakat di desa tersebut hidup sejahtera.
Namun,
desa tersebut mengalami bencana besar ketika terjadi letusan maha dahsyat
Gunung Krakatau pada tahun 1883. Letusan gunung dengan efek 130.000 kali bom
atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, telah menyebabkan tsunami besar dan
meluluhlantakkan Desa Tegalega. Warga yang tinggal di Desa Tegalega itu
berhasil menyelamatkan diri dari tsunami dengan berlari ke perbukitan sekitar
Pulomeraksebelum tsunami itu menenggelamkanseluruh daratan di pesisir Selat
Sunda, termasuk Desa Tegalega.
Ki
Ageng Ireng kemudian memerintahkan seluruh masyarakat Dsebuah kolam besar. esa
Tegalega kembali ke pengungsian menuju desa bebeapa minggu setelah tsunami.
Namun, betapa kagetnya, desa mereka telah hilang dari permukaan bumi.
Desa
yang sebelumnya menjadi tempat tinggal mereka kini sudah tertutup oleh air
laut. Tampaknya, gempa bumi dari letusan vulkanik Gunung Krakatau telah membuat
Desa Tegalega amblas dan kemudian terisi air laut yang terbawa oleh tsunami dan
terbentuklah sebuah kolam besar. Warga
Desa Tegalega mengalami kesedihan yang mendalam karena desa mereka tenggelam
oleh air laut. Melihat kondisi ini, Ki Ageng Ireng meminta seluruh warga
tinggal di pinggiran kolam besar itu.
Warga
Desa Tegalega pun akhirnya tinggal di pinggiran danau, sambil berharap air laut
yang membanjiri desa mereka surut. Sayangnya, harapan mereka tersebut tidak
pernah terjadi lantaran air tersebut tidak pernah surut. Setelah beberapa bulan
berlalu, Ki Ageng Ireng heran karena air tidak pernah kering. Bahkan rasa air
yang sebelumnya asin berubah menjadi tawar karena terus menerus diguyur hujan.
Desa
Tegalega akhirnya tenggelam dan berubah menjadi sebuah danau akibat letusan Gunung Krakatau. Seiring waktu,
tumbuh bunga teratai putih di tengah-tengah danau dan menyebabkan bau wangi
yang semerbak kepada penduduk Desa Tegalega yang tinggal di sekitar danau.
Melihat perubahan yang terjadi, akhirnya Ki Ageng Ireng member nama danau
tersebut Situ Rawa Arum. Ia pun membawa sejumlah bibit ikan yang disebarkan
disekitar danau agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Dan begitulah
asal-usul Situ Rawa Arum.
Begitulah
legenda Situ Rawa Arum yang berada di kecamatan Grogol, Kota Cilegon, Provinsi
Banten. Namun saying, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui keberadaan
danau tersebut. Hanya segelintir orang saja yang mengetahui cerita rakyat
tersebut.
ASAL USUL KOTA CILEGON, BANTEN
ASAL
USUL KOTA CILEGON, BANTEN
Kota Cilegon adalah sebuah kota di provinsi Banten, Indonesia.
Cilegon berada di ujung barat laut pulau jawa, di tepi Selat Sunda. Kota
cilegon dikenal sebagai kota industry. Sebutan lain bagi kota cilegon adalah
kota baja mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara
karena sekitar 6 juta ton baja dihasilkan setiap tahunnya di kawasan industry
Krakatau Steel, Cilegon.
Kota
Cilegon dikenal sebagai kota baja, ini setelah berdirinya PT Krakatau Steel (KS)
sebagai sebuah perusahaan baja internasional sejak (1970). Namun, sebelumnya
daerah di ujung barat Provinsi Banten ini lebih dikenal sebagai daerah rawa,
nama Cilegon sendiri berasal dari kata “CI” yang berasal dari kata “CAI” yang artinya
air. Dan “LEGON” atau
"MELEGON" yang berarti LENGKUNGAN (H.M.A. Tihami). CILEGON bisa
diartikan sebagai kubangan air atau rawa-rawa.
Hal ini sesuai dengan banyaknya nama tempat
di Cilegon yang menggunakan nama KUBANG. Seperti: Kubang Sepat, Kubang Lele,
Kubang Welut, Kubang Welingi, Kubang Lampit, Kubang Lampung, Kubang Menyawak,
Kubang Bale, Kubang Lesung, Kubang Lumbra, Kubang Kutu, Kubang Saron, Kubang
Wates, Kubang Sari, dan yang lainnya.
Sepintas penyebutan kata LEGON mirip dengan
kata "LAGUNA" atau "LAGOON" dalam bahasa Inggris yang
berarti danau kecil atau tasik yg dikelilingi oleh karang atau pasir yg menutup
pesisir atau muara sungai.
Cilegon
pada Abad-16 merupakan sebuah kampung kecil yang dikelilingi rawa-rawa atau
kubang-kubang yang berubah dan berkembang menjadi area
persawahan dan pemukiman. (BC)
persawahan dan pemukiman. (BC)
Pernahkah kita mengetahui bahwasanya di daerah cilegon ini
pernah berdiri sebuah kerajaan yang sangat makmur. (mengutip dari sebuah buku
Harian Banten, Jejak sejaran di tanah Banten). “sebuah literature dari kerajaan
china dan literature dari kerajaan india mengatakan bahwa sebelum terjadinya
letusan maha dahsyat gunung Krakatau purba yang hingga pada akhirnya memisahkan
sebuah daratan antara pulau jawa dengan pulau sematera pernah berdiri sebuah
kerajaan yang sangat makmur bernama LIGION yang dipimpin oleh seorang raja yang
bijak dimana kemakmuran dan kedamaian dirasakan oleh masyarakatnya hingga
sampai terjadinya letusan maha dahsyat yang akhirnya mengubur kerajaan
tersebut”. Namun didalam buku tersebut tidak diberi keterangan waktunya.
Selain
itu ada juga sejarah tentang penjajahan pada zaman daulu di kota cilegon.
Peristiwa perlawanan yang mengesankan pada awal abad 19 adalah
peristiwa Geger Cilegon, yang terjadi pada tanggal 9 Juli 1888.
Peristiwa tersebut dipimpin oleh para alim ulama. Diantaranya
adalah : Haji Abdul karim, Haji Tubagus Ismail, Haji Marjuki, dan
Haji Wasid. Sepulangnya Haji Abdul Karim dari Makkah, beliau banyak
mengajarkan tarekat di kampungnya, Lempuyang. Selain itu beliau juga
menanamkan nasionalisme kepada para pemuda untuk melawan para
penjajah yang kafir.
peristiwa Geger Cilegon, yang terjadi pada tanggal 9 Juli 1888.
Peristiwa tersebut dipimpin oleh para alim ulama. Diantaranya
adalah : Haji Abdul karim, Haji Tubagus Ismail, Haji Marjuki, dan
Haji Wasid. Sepulangnya Haji Abdul Karim dari Makkah, beliau banyak
mengajarkan tarekat di kampungnya, Lempuyang. Selain itu beliau juga
menanamkan nasionalisme kepada para pemuda untuk melawan para
penjajah yang kafir.
Sementara
itu KH. Wasid yang pernah belajar pada Syekh Nawawi Al
Bantani mengajarkan ilmunya di pesantrenya di Beji-Bojonegara.
Bersama teman seperjuangannya yakni : Haji Abdurrahman, Haji Akib,
Haji Haris, Haji Arsyad Thawil, Haji Arsyad Qashir dan Haji Ismail,
mereka menyebarkan pokok-pokok ajaran Islam ke masyarakat. Pada saat
itu Banten sedang dihadapi bencana besar. Setelah meletusnya Gunung
Karakatau pada tahun 1883 yang merenggut 20.000 jiwa lebih, disusul
dengan berjangkitnya wabah penyakit hewan (1885) pada saat itu
masyarakat banyak yang percaya pada tahayul dan perdukunan. Di desa
Lebak Kelapa terdapat satu pohon besar yang sangat dipercaya oleh
masyarakat memiliki keramat. Berkali-kali H. Wasid memperingati
masyarakat. Namun bagi masyarakat yang tidak mengerti agama, fatwanya
itu tidak diindahkan. H. Wasid tidak dapat membiarkan kemusrikan
berada didepan matanya. Bersama beberapa muridnya, beliau menebang
pohon besar tersebut. Kejadian inilah yang menyebabkan beliau dibawa
ke pengadilan (18 Nopember 1887), beliau didenda 7,50 gulden. Hukuman
tersebut menyinggung rasa keagamaan dan harga diri murid-murid dan
para pendukungnya. Selain itu, penyebab terjadinya peristiwa
berdarah, Geger Cilegon adalah dihancurkannya menara langgar di desa
Jombang Wetan atas perintah Asisten Residen Goebel. Goebel menganggap
menara tersebut mengganggu ketenangan masyarakat, karena kerasnya
suara. Selain itu Goebel juga melarang Shalawat, Tarhim dan Adzan
dilakukan dengan suara yang keras. Kelakuan kompeni yang keterlaluan
membuat rakyat melakukan pemberontakan.
Bantani mengajarkan ilmunya di pesantrenya di Beji-Bojonegara.
Bersama teman seperjuangannya yakni : Haji Abdurrahman, Haji Akib,
Haji Haris, Haji Arsyad Thawil, Haji Arsyad Qashir dan Haji Ismail,
mereka menyebarkan pokok-pokok ajaran Islam ke masyarakat. Pada saat
itu Banten sedang dihadapi bencana besar. Setelah meletusnya Gunung
Karakatau pada tahun 1883 yang merenggut 20.000 jiwa lebih, disusul
dengan berjangkitnya wabah penyakit hewan (1885) pada saat itu
masyarakat banyak yang percaya pada tahayul dan perdukunan. Di desa
Lebak Kelapa terdapat satu pohon besar yang sangat dipercaya oleh
masyarakat memiliki keramat. Berkali-kali H. Wasid memperingati
masyarakat. Namun bagi masyarakat yang tidak mengerti agama, fatwanya
itu tidak diindahkan. H. Wasid tidak dapat membiarkan kemusrikan
berada didepan matanya. Bersama beberapa muridnya, beliau menebang
pohon besar tersebut. Kejadian inilah yang menyebabkan beliau dibawa
ke pengadilan (18 Nopember 1887), beliau didenda 7,50 gulden. Hukuman
tersebut menyinggung rasa keagamaan dan harga diri murid-murid dan
para pendukungnya. Selain itu, penyebab terjadinya peristiwa
berdarah, Geger Cilegon adalah dihancurkannya menara langgar di desa
Jombang Wetan atas perintah Asisten Residen Goebel. Goebel menganggap
menara tersebut mengganggu ketenangan masyarakat, karena kerasnya
suara. Selain itu Goebel juga melarang Shalawat, Tarhim dan Adzan
dilakukan dengan suara yang keras. Kelakuan kompeni yang keterlaluan
membuat rakyat melakukan pemberontakan.
Pada
tanggal 7 Juli 1888, diadakan pertemuan di rumahnya Haji Akhia
di Jombang Wetan. Pertemuan tersebut untuk mematangkan rencana
pemberontakan. Pada pertemuan tersebut hadir beberapa ulama dari
berbagai daerah. Diantaranya adalah : Haji Said (Jaha), Haji Sapiudin
(Leuwibeureum), Haji Madani (Ciora), Haji Halim (Cibeber),
di Jombang Wetan. Pertemuan tersebut untuk mematangkan rencana
pemberontakan. Pada pertemuan tersebut hadir beberapa ulama dari
berbagai daerah. Diantaranya adalah : Haji Said (Jaha), Haji Sapiudin
(Leuwibeureum), Haji Madani (Ciora), Haji Halim (Cibeber),
Haji
Mahmud (Terate Udik), Haji Iskak (Saneja), Haji Muhammad Arsad
(Penghulu
Kepala di Serang) dan Haji Tb Kusen (Penghulu Cilegon).
Pada hari Senin tanggal 9 Juli 1888 diadakan serangan umum. Dengan
memekikan Takbir para ulama dan murid-muridnya menyerbu beberapa
tempat yang ada di Cilegon. Pada peristiwa tersebut Henri Francois
Dumas – juru tulis Kantor Asisten residen – dibunuh oleh Haji Tubagus
Ismail. Demikian pula Raden Purwadiningrat, Johan Hendrik Hubert
Gubbels, Mas Kramadireja dan Ulrich Bachet, mereka adalah orang-orang
yang tidak disenangi oleh masyarakat.Cilegon dapat dikuasi oleh para
pejuang “Geger Cilegon”. Tak lama kemudian datang 40 orang serdadu
kompeni yang dipimpin oleh Bartlemy. Terjadi pertempuran hebat antara
para pejuang dengan serdadu kompeni. hingga akhirnya pemberontakan
tersebut dapat dipatahkan. Haji Wasid dihukum gantung. Sedangkan yang
lainnya dihukum buang. Diantaranya adalah Haji Abdurrahman dan Haji
Akib dibuang ke Banda. Haji Haris ke Bukittinggi Haji Arsyad thawil
ke Gorontalo, Haji Arsyad Qashir ke Buton, Haji Ismail ke flores,
selainnya dibuang ke Tondano, Ternate, Kupang, Manado, Ambon dan lain-
lain. (Semua pemimpin yang dibuang berjumlah 94 orang).
Pada hari Senin tanggal 9 Juli 1888 diadakan serangan umum. Dengan
memekikan Takbir para ulama dan murid-muridnya menyerbu beberapa
tempat yang ada di Cilegon. Pada peristiwa tersebut Henri Francois
Dumas – juru tulis Kantor Asisten residen – dibunuh oleh Haji Tubagus
Ismail. Demikian pula Raden Purwadiningrat, Johan Hendrik Hubert
Gubbels, Mas Kramadireja dan Ulrich Bachet, mereka adalah orang-orang
yang tidak disenangi oleh masyarakat.Cilegon dapat dikuasi oleh para
pejuang “Geger Cilegon”. Tak lama kemudian datang 40 orang serdadu
kompeni yang dipimpin oleh Bartlemy. Terjadi pertempuran hebat antara
para pejuang dengan serdadu kompeni. hingga akhirnya pemberontakan
tersebut dapat dipatahkan. Haji Wasid dihukum gantung. Sedangkan yang
lainnya dihukum buang. Diantaranya adalah Haji Abdurrahman dan Haji
Akib dibuang ke Banda. Haji Haris ke Bukittinggi Haji Arsyad thawil
ke Gorontalo, Haji Arsyad Qashir ke Buton, Haji Ismail ke flores,
selainnya dibuang ke Tondano, Ternate, Kupang, Manado, Ambon dan lain-
lain. (Semua pemimpin yang dibuang berjumlah 94 orang).
Walaupun
pemberontakkan itu dapat dimentahkan oleh Belanda, namun
yang terpenting bahwa saat itu membuktikan bahwa “RAKYAT BANTEN ANTI
PENJAJAHAN”.
yang terpenting bahwa saat itu membuktikan bahwa “RAKYAT BANTEN ANTI
PENJAJAHAN”.
Langganan:
Postingan (Atom)