Kamis, 18 Desember 2014

NEO-KANTIANISME



ALAM PIKIRAN DAN KENYATAAN
Neo-Kantianisme
Hampir semua orang ahli filsafat dewasa ini sependapat bahwa filsafat bersifat agak membenci idealisme, jadi mengandung tanda- tanda anti idealisme. Idealisme merupakan keyakinan yang umum, sesuatu pendirian yang prinsipil yang dapat diungkapkan dengan bermacam-macam cara.
Hakikat kenyataan bersifat rohani, bahwa selain dari dunia-dunia peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam waktu atau dunia nyata tidak terikat pada waktu, bahwa bukanlah zat yang pertama dan yang terakhir, melainkan roh, bahwa orang tak akan dapat menentukan apa yang disebut kenyataan dengan tidak disuruh tentukan oleh akal pikiran. Idealisme bukanlah merupakan system ajaran yang tetap dan tertentu. Segala system idealism timbulnya dari suatu posisi yang prinsipil dari manusia yang berfikir berhubung dengan dirinya sendiri dan dengan kenyataan di sekitarnya.
Kaum idealis seperti Plato membagi kenyataan dalam bagian (dualis) dan membuat pemisahan prinsipil antara dunia peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam ruang dan waktu, dan dunia cita (ide) yang abadi. Hegel juga mengakui bahwa semuanya merupakan cita itu tidak akan bias terlaksana diseberang sana dari dunia pengalaman, melainkan justru adalah di dalamnya.
Pengetahuan keilmuan itu tidak bersangkutan dengan dunia bayangan, melainkan dengan dunia peristiwa-peristiwa. Pengetahuan itu hanya menjelma karena peristiwa-peristiwa itu diatur oleh roh yang maha kuasa, karena roh tersebut mengadakan sintesisi, sifat berarturan, pertalian dalam ketentuan-ketentuan yang kacau balau, yang sampai kepada kita dari dunia luar dengan melalui pancaindera.
Filsafat dewasa ini memperlihatkan ketidaksukaan terhadap idealisme, dalam bentuk apapun juga. Dan filsafat abad 20 juga sadar bahwa ia berlainan dengan filsafat abad 19. Abad-abad itu dalam kehidupan fikiran dan perasaan manusia sering kali mempunayi peranan sebagai kebesaran-kebesaran yang nyata ada, sebagai kekuasaan-kekuasaan yang kongkrit, hampir-hampir sebagai individu yang mengenal maisng-masing sebagai saudara atau berlawanan satu sama lain.
Seorang manusia tidaklah mempunyai hanya satu sifat/watak, tetapi watak tersebut dibentuk dari sifat-sifat yang beragam. Idealisme mempunyai peranan yang tertentu dalam abad 19, bahwa idealism merupakan suatu kekuatan rohani yang ikut memberi bentuk kepada abad itu.
Filsafat abad 20 bukanlah berhubungan dengan nama Hegel, melainkan dnegan Kant. Oleh karena itu disebut Neo-Kantianisme. Suatu filsafat berhubungan dengan suatu tempat dimana ia tinggal.
Manusia Barat lebih intensif dan lebih menurut metode melakukan penyalidikan tentang apa yang ada di sekitarnya, yaitu kenyataan yang terpapar, dari pada kanyataan (sejarah dan kultur dala pengertian umum) yang diadakannya sendiri dan selalu berubah ubah.
Di Barat, orang seolah-olah memuja dan menyembah ilmu kealaman. Hanya metodenya lah yang berlaku sebagai metode keilmuan yang sebenarnya, yang tetap dan tidak berubah-ubah. Segala peristiwa bukan hanya dalam alam melainkan juga dalam sejarah dan dalam masyarakat (pergaulan-hidup) berlangsung menurut hukum-hukum yang tetap, maka kenyataan itu tidaklah dapat membawa kita kepada hal-hal yang tak terduga sehingga dapat kita perhitungkan bagaimana jalannya peristiwa tersebut untuk selanjutnya. Pengeahuan adalah kuasa, dan mengetahui adalah melihat ke depan. Dan filsafat harus selalu berjalan ke depan.
Ilmu menjadi objek bagi renungan filsafat. Ilmu- ilmu itu bersifat naïf, artinya ilmu-ilmu itu sendiri tidak memeriksa dirinya sendiri dan sendi-dasar tempat mereka berdiri dengan tinjauan kritik. Tapi filsafat tidak pula bermaksud hendak menunjukan bahwa ilmu-ilmu itu sama sekali tidak mempunyai dasar, melainkan bahwa dasar itu oleh ilmu-ilmu itu sendir tidak dijelaskan atau tidak dinyatakan, sehingga ilmu itu tidak boleh dikatakan tidak sadar akan adanya dasar tersebut.
Kaum Neokantian menganggap bahwa diri mereka sebagai orang-orang yang melanjutkan Kant, sebagai ahli warisnya dan sebagai pengoreksi terhadap Kant. Seperti diketahui Kant mempunyai pendirian bahwa dunia benda-benda itu sendiri tidak dapat tercapai oleh pengetahuan teori. Lapangan yang dimasuki ilmu adalah lapangan yang terbatas, yaitu berupa keseluruhan dari peristiwa-peristiwa.
Neo-Kantianisme terbagi menjadi dua aliran utama. Yang pertama yaitu yang dinamakan orang sebagai mazhab Marburg(menurut kota universitas Marburg di Jerman) dan mazhab Baden atau mazhab Jerman Barat Jaya. Neo-Kantianisme adalah filsafat akademi sejati, alian besar terakhir yang menguasai pengajaran filsafat pada perguruan tinggi besar.
a.     Mazhab Marburg
Tokoh yang paling berkusa dari aliran ini adalah Herman Cohen (1842-1918), Paul Natorp (1854-1924), dan Ernst Cassier (1874-1945). Filsafat mereka pada dasarnya berorientasi pada ilmu-ilmu kealaman matematika. Ilmu-ilmu ini mewakili dari perkembangan puncak dari cita-cita pengetahuan, yang mencekamkan pengaruhnya dengan hebat pada peradaban barat abad-abad terakhir ini. Berpikir adalah menetapkan, mendeterminasikan, juga pengamatan berdasarkan penetapan oleh pikiran.
b.     Mazhab Baden
Suatu contoh dari filsafat ilmu yang dipelajari menurut metode, tidaklah tertuju untuk mempelajari sendi-sendi dari ilmu kealaman, melainkan pertama sekali tertuju untuk mempelajari dasar-dasar ilmu-ilmu kebudayaan. Selanjutnya mazhab tersebut menaruh nilai-nilai dipusat perhatian dan menghubungkannya erat dengan ilmu-ilmu yang diselidikinya. Penganut mazhab Baden merupakan kaum idealis. Mereka anti metafisika dalam arti kata yang lama dan anti psychology sebagai alat untuk menolong menyelesaikan tentang pengetahuan.
Pengaruh yang besar dari mazhab Baden adalah berkat prestasi-prestasinya dalam lapangan dan teori ilmu-ilmu.Windleband pada tahun 1894 telah mengucapkan sebuah pidato yang menjadi mahsyur tentang “sejarah dan ilmu kealaman”. Didalamnya diberikan pembagian ilmu-ilmu dan dibaginya dalam dua gugusan utama. Ada ilmu-ilmu yang bertujuan membuat hokum-hukum umum (Nomotetis). Dan ilmu-ilmu yang melukiskan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian antara individu yang satu dengan individu yang lain yang tidak pernah terulang lagi.
Alam adalah kenyataan empiri (ditentukan dalam pengalaman) ditinjau dari sudut pandang yang umum, dari sudut perhubungan atau pertalian yang umum yang dapat dinyatakan dalam pengertian-pengertian yang umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar